Cheryl - Gracia - Jubilea

Cheryl - Gracia - Jubilea
Beradu Akting di depan Kamera!!!!

Kakak - Adik beradu senyum!!!!!

Kakak - Adik beradu senyum!!!!!
Kayak papa - mamanya yang murah senyum....(heeee kalo lagi mood yaaaa)

Perempuan-perempuan penggoda tidur nyenyakku!!!

Perempuan-perempuan penggoda tidur nyenyakku!!!
Caecilia Jubilea Kristanti, Augustina Mirah Kristanto, Faustina Gracia Kristanti

Kalau udah besar ...., mau jadi apa yaaaaaaa? (memang lucu...naaaak, kamu...)

Kalau udah besar ...., mau jadi apa yaaaaaaa? (memang lucu...naaaak, kamu...)
Faustina Gracia Kristanti (Anak ke 2) .

Lea Juara 1 Lomba Piano di Empire Palace Surabaya

Lea Juara 1 Lomba Piano di Empire Palace Surabaya
Sempat mau mogok les, eeee ..... malah Juara 1, berarti memang bakatmu....lea. Selamat yaaaaaa!!!!!!

Berdoa di depan Bunda Maria

Berdoa di depan Bunda Maria
Faustina Gracia Kristanti n Mamanya

Anak Kedua Kami Faustina Gracia Kristanti diBaptis di Katedral Surabaya

Anak Kedua Kami Faustina Gracia Kristanti diBaptis di Katedral Surabaya
Keluarga Yulius Kristanto Bersama Romo Eko Budi Susilo n Bu Caecilia (sebelah Lea)

Contoh Kesederhanaan dari Artis Senior Widyawati

Contoh Kesederhanaan dari Artis Senior Widyawati
Bangga juga, lhoooooo!!!!!

Pose sama Artis , reeek!!!

Pose sama Artis , reeek!!!
Yulius k. n Sarwana (WARNA)

Santa Caecilia... doakanlah kami!!

Santa Caecilia... doakanlah kami!!
Pelindung para penyanyi

Jadikan Hidup Anda lebih Berwarna!!

Jadikan Hidup Anda lebih Berwarna!!
Bagai Bunga mekar nan indah...

Bernyanyilah selagi masih muda!!!

Bernyanyilah selagi masih muda!!!
Ayoooo... bersorak - sorai bersama...

Belajar bernyanyi itu Penting!

Belajar bernyanyi itu Penting!
Do - re - mi - fa.......

Minggu, 15 Februari 2009

Kompetisi Paduan Suara AntarParoki Keuskupan Surabaya

Proficiat: Kompetisi Paduan Suara Antarparoki
Se-Keuskupan Surabaya 2009

Sudah belasan tahun terakhir ini, di Keuskupan Surabaya memang tidak pernah terdengar lomba , festival, kompetisi paduan suara/koor gereja. Baru Januari ini, kompetisi paduan suara digelar kembali oleh Bidang Musik Liturgi Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya. Di bawah komando Yulius Kristanto, S.S. selaku Koordinator Bidang Musik Liturgi, dan Ketua pelaksana, acara besar ini menjadi suatu kenyataan. Persiapan dan perjuangan panjang panitia dimulai sejak Juli 2008. Berbagai pertemuan kecil mematangkan ide besar ini dilakukan oleh Yulius Kristanto, Mateus Suprat, Agustinus, Arens, Gervas sampai membentuk panitia yang lebih besar. Sosialisasi pun dilakukan mulai Agustus sampai Nopember awal, termasuk melobi paroki-paroki baik di Surabaya maupun di luar Surabaya untuk berani mempersiapkan, membentuk dan mengikuti kompetisi ini.

Kompetisi ini nampaknya ditunggu oleh banyak tokoh musik maupun koor-koor paroki. Kompetisi yang hanya dikhususkan untuk koor yang berbasis paroki ini cukup ketat dalam penyelenggaraannya. Bahkan anggota pun tidak boleh sembarangan. Artinya panitia menggunakan persyaratan yang cukup ketat. Anggota dan dirigen paduan suara berdomisili di wilayah parokinya, terdiri mudika dan dewasa, dengan perbandingan 40%:60% atau sebaliknya. Mudika mulai 16 - 25 tahun, dewasa mulai 26 – 50 tahun. Sementara pelatih dan organis atau pemain musik diperbolehkan dari luar paroki.

Kompetisi paduan suara yang terdiri dari tiga kategori yaitu kategori Lagu Liturgi Klasik, Lagu Maria, dan Lagu Liturgi Inkulturasi diikuti 24 (dua puluh empat) paroki dari Rembang, Tuban, Bojonegoro, Tulungagung, Kediri, Pare, Blitar, Mojokerto, , Gresik, Sidoarjo, dan Surabaya sendiri yang terdiri dari 14 paroki. Ketika acara dibuka pada pukul 09.00 oleh Romo Dicky Rukmanto, antusiasme penonton dan undangan sangat tinggi. Terbukti mulai pukul 08.30 sudah banyak yang berdatangan untuk memberikan dukungan pada timnya masing-masing. Bahkan Auditorium Unika Widya Mandala selalu dijejali penonton sampai pengumuman para pemenang pukul 16.00 WIB.

Acara kompetisi ini juga menarik perhatian para romo, suster, dan frater. Terlihat di antara penonton hadir pula selain Romo Dicky Rukmanto, Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Romo Eko Budi Soesilo, Romo Dwi Joko, Romo Edy Laksito, Romo Jelantik, Romo Lucius, Romo Ronny, Romo Agus, dan beberapa yang lain. Ratusan orang secara serius memperhatikan penampilan setiap tim. Kompetisi paduan suara tahun ini memang terasa istimewa, selain menggunakan sistem kategori lagu, pesertanya pun di luar dugaan. Pada awalnya panitia hanya menarget lebih kurang 15-16 peserta. Namun kenyataannya malahan 24 paduan suara paroki di Keuskupan Surabaya, baik di Surabaya maupun di luar Surabaya. Acungan jempol perlu diberikan untuk paroki di luar kevikepan Surabaya, Misalnya. Paroki St. Petrus dan Paulus Rembang, St. Petrus Tuban, St. Paulus Bojonegoro, St. Mateus Pare, St. Maria Di Kandung Tak Bernoda Asal Tulungagung, St. Vincentius Kediri, Santo Yusup Blitar, St. Yosef Mojokerto, kemudian (vikep Surabaya) St. Perawan Maria Gresik, St. Maria Annuntiata Sidoarjo dan beberapa paroki di Surabaya. Semangat dan minat untuk belajar para peserta dari luar Surabaya sangat besar. Seperti yang diungkapkan Perwakilan dari Paroki Bojonegoro Pak Kondi, »Kami mengikuti kompetisi ini, sekaligus ingin belajar dari teman-teman Surabaya. Memang dalam banyak hal kami ketinggalan, apalagi masalah teknik bernyanyi. Semoga dengan mengikuti acara ini, kami mendapatkan pembelajaran yang sangat baik untuk peningkatan kualitas pelayanan kami di daerah.” Lain dengan paroki Bojonegoro, Perwakilan Paroki Rembang pun juga berharap mendapatkan pembelajaran dari kompetisi ini. Seperti disampaikan pak Putut, official tim paduan suara Paroki Rembang.” Untuk mengikuti kompetisi ini, bagi kami tidak mudah. Karena keterbatasan anggota dengan batas usia tertentu. Sementara di paroki kami banyak yang sudah sepuh-sepuh, sehingga kami harus mencari tambahan anggota dari anak mudika di Lasem. Kompetisi ini memacu kami untuk saling belajar dalam bernyanyi yang lebih baik.”

Selama mempersiapkan kompetisi ini, banyak cerita suka duka dari setiap peserta. Masalah suka pasti banyak. Selain kebersamaan, semangat, keceriaan, bisa saling mengenal, lebih dekat dengan anggota paduan suara yang lain, terbentuknya koor paroki baru yang lebih muda dan lain-lain. Namun duka atau kesulitan bukan berarti tidak ada. Seperti yang disampaikan Pak Endro pelatih kawakan dari Tulungagung,”waaah…, susahnya mengumpulkan anggota untuk latihan. Dengan berbagai macam kesibukan dan acara, atau pekerjaan, akhirnya berimbas pada latihan-latihan kami. Minggu lalu yang datang anggota 1 sampai dengan 15, besoknya ganti anggota 10 sampai 25, besoknya lagi anggota 15 sampai 27, dan seterusnya. Lha… kalau begini…, kapan kumpulnya..ya..?”
Permasalahan seperti ini juga dirasakan oleh tim dari Surabaya, misalnya tim St, Yusuf Karang Pilang, seperti diungkapkan Luvy, salah satu anggotanya. Bahwa latihan berulang kali tapi yang datang selalu sedikit dan bergantian. Baru kelihatan jelas banyak hari-hari menjelang kompetisi. Bahkan paroki sebesar St. Yakobus Citraland dan paroki Hati Kudus Yesus pun mengeluhkan hal serupa. Nampaknya mengumpulkan anggota dalam jangka waktu tertentu, secara rutin dan sebagian besar anak-anak muda cukup sulit. Faktor pekerjaan, waktu latihan dan hujan deras nampaknya menjadi pemicu sulitnya mengumpulkan anggota-anggota untuk berkompetisi.

Di balik kesulitan-kesulitan yang dialami para peserta, entah tentang anggota, pekerjaan, waktu, tempat, hujan, minimnya pelatih dan organis, terbatasnya pengalaman dan beberapa yang lain, rata-rata peserta betul-betul bersyukur karena mendapatkan dukungan para Romo dan Dewan Paroki yang nampaknya tidak setengah-setengah. Contoh paroki St. Yusup Blitar, begitu menerima surat dan proposal dari Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya, Romo paroki Prima Novianto dan Romo Ronny langsung berminat dan bersemangat mengikutkan koor parokinya dalam kompetisi. Romo Ronny langsung sms ke panitia, menyatakan bahwa paroki St. Yusuf Blitar bersedia ikut, mohon didaftar. Padahal saat itu koornya belum terbentuk. Romo Prima Novianto pun dalam suatu kesempatan di Surabaya menganggap kompetisi ini sangat penting dan bagus untuk daerah agar bisa belajar dan menambah wawasan dalam hal pelayanan musik liturgi. Sambil guyon dengan panitia, beliau sempat nyeletuk,’’ lebih bagus lagi kalau setelah kompetisi, tim Musik Liturgi Komlit datang menjenguk koor-koor paroki saya di Blitar. Waaahh, pasti siiip!!” sambil tertawa lebar dan mengacungkan jempolnya ke arah salah satu panitia.

Begitu pula dengan paroki St. Petrus dan Paulus Rembang, Romo Candra sampai beberapa kali telpon panitia menyatakan partisipasinya dan datang sendiri ke sekretariat panitia Komisi Liturgi Surabaya Catholic Center jalan Bengawan 3 Surabaya. Bahkan tim paduan suaranya pun juga menginap di tempat yang tentunya sangat nyaman untuk kategori perumahan elit di Surabaya, yaitu di Galaxi Bumi Permai Surabaya. Rumah milik salah satu umat Katolik yang kebetulan juga berasal dari sana.

Tak kalah dengan paroki St. Yusup Blitar dan paroki St. Petrus dan Paulus Rembang, Romo paroki St. Mateus Pare Romo P. Ikwan Wibowo juga memberikan dukungan yang besar. Tim paduan suara yang terdiri dari perwakilan stasi-stasi di Pare digabung menjadi satu. Bahkan catatan panitia, paroki yang selama acara ini menginap di Rumah Retreat Hening Griya Jemursari ini, merupakan paroki yang paling tertib, disiplin dan administrasi paling lengkap dan rapi serta pertama kali mengumpulkan. Acungan jempol pantas diberikan untuk tim paduan suara St. Mateus Pare ini untuk segala kesiapannya dan semangat yang ditunjukkan dalam kompetisi ini.

Dalam Kompetisi paduan suara ini sengaja menghadirkan Dewan Juri dari luar Keuskupan Surabaya yaitu Bapak Yoseph Suryadi (pelatih dan juri di berbagai tempat, manajer Twilite Chorus bersama Addie MS Jakarta) , Bapak Albertus Wishnu (penyanyi seriosa, beberapa kali memenangkan lomba nyanyi, pelatih PSM UGM dan Atmajaya Yogyakarta), Bapak Budi Susanto (konduktor PS Gracioso Sonora Malang yang berkali-kali menjuarai lomba PS tingkat nasional dan internasional) yang tentunya sangat berpengalaman di bidang paduan suara, baik secara regional maupun nasional bahkan Internasional.

Berbagai tanggapan dan komentar datang dari pengamat musik liturgi dan para juri. Bapak P.Y. Kusuma sempat menyampaikan salutnya pada animo peserta yang cukup banyak, bahkan penonton yang setia menunggu pengumuman meski sudah berjam-jam menyaksikan kompetisi ini. Para juri pun sempat dibuat kagum dengan jumlah peserta yang menuju angka 24 tim, per tim tampil kira-kira 12 menitan. “Waaaah bisa lama sekali kompetisi ini nanti ya….! Saya juga sangat senang dengan kerja panitia yang sangat perfect (sempurna) dalam pelaksanaannya. Salut dan proficiat untuk panitia.” kata pak Yoseph Suryadi dari Jakarta. Bapak Albertus Wishnu juga sempat mengatakan,” Tim-tim di luar kota Surabaya sebenarnya banyak kelebihan, antara lain materi suara, sonoritas, semangat dan stamina yang bagus. Hanya perlu ditingkatkan teknik bernyanyi yang lebih baik, lalu perlunya mengenal dinamika dan harmonisasi lagu. Naaaah, ini tugas dan PR Tim musik liturgi Komlit Keuskupan Surabaya. “ Sementara juri lain, Pak Budi Susanto sangat yakin, kalau kompetisi semacam ini bila diadakan secara berkala 2 tahunan, pastilah 4 -5 tahun ke depan perkembangan paduan suara paroki-paroki akan dasyat dan luar biasa.

Semoga kompetisi betul-betul bisa memacu koor-koor paroki untuk berbenah dalam pelayanan musik liturgi, bukan hanya di saat untuk kompetisi saja. Kalah – menang tidak ada masalah, tetap semangat, pelayanan jalan terus, belajar dari pengalaman sangat penting untuk masa depan koor-koor kita. Justru ketika pelayanan mingguan dalam perayaan ekaristi itulah merupakan kompetisi sesungguhnya. Ukurannya adalah kesetiaan pelayanan, kebersamaan, kemauan untuk selalu belajar menciptakan liturgi yang benar, meningkatnya partisipasi umat dalam liturgi dan semakin berkualitasnya koor-koor di paroki kita masing-masing. Pialanya pun sangat jelas bisa dirasakan, hanya tidak nampak yaitu: SUKACITA Bersama YESUS. AMIN.
Proficiat untuk para peserta, para pemenang, para panitia, para donator dan sponsor, dan tim Komisi Liturgi. Mari Membangun pelayanan musik liturgi yang berkualitas di paroki-paroki Keuskupan Surabaya. Tetap memuji Tuhan selama-lamanya. Praise The Lord Forever!! (Yogi K)

PARA JUARA Kompetisi Paduan Suara Antarparoki Se-Keuskupan Surabaya 2009
Bidang Musik Liturgi Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya
KATEGORI LAGU LITURGI KLASIK
Juara I Paroki St. Maria Tak Bercela Surabaya
Juara II Paroki St. Yohanes Pemandi Surabaya
Juara III Paroki St. Vincentius A Paulo Surabaya
Harapan I Paroki St. Yusup Surabaya
Harapan II Paroki Roh Kudus Surabaya
Harapan III Paroki Kristus Raja Surabaya

KATEGORI LAGU MARIA
Juara I Paroki St. Maria Tak Bercela Surabaya
Juara II Paroki St. Yusup Surabaya
Juara III Paroki St. Yohanes Pemandi Surabaya
Harapan I Paroki Roh Kudus Surabaya
Harapan II Paroki St. Vincentius A Paulo Surabaya
Harapan III Paroki Salib Suci Surabaya

KATEGORI LAGU LITURGI INKULTURASI
Juara I Paroki Kristus Raja Surabaya
Juara II Paroki St. Yusup Surabaya
Juara III Paroki St. Maria Tak Bercela Surabaya
Harapan I Paroki Salib Suci Surabaya
Harapan II Paroki Roh Kudus Surabaya
Harapan III Paroki St. Perawan Maria Gresik

Dirigen Terbaik : Ike Sinandang (Paroki St. Maria Tak Bercela Surabaya)
Juara UMUM : Tim Paduan Suara Paroki St. Maria Tak Bercela Surabaya)

Tidak ada komentar: